Samurai X Episode 44

Samurai X atau dikenal Rurouni Kenshin: Meiji Kenkaku Romantan adalah sebuah serial manga Jepang yang ditulis dan diilustrasikan oleh Nobuhiro Watsuki. Cerita dimulai pada tahun ke 11 periode Meiji di Jepang (1878) dan mengikuti cerita dari mantan pembunuh dari Bakumatsu, yang dikenal sebagai Hitokiri Battosai. Setelah karyanya melawan bakufu, Hitokiri Battosai lenyap menjadi Himura Kenshin: seorang pendekar berkeliaran yang melindungi rakyat Jepang dengan sumpah untuk tidak pernah mengambil kehidupan lain. Watsuki menulis seri ini atas keinginannya membuat manga shōnen yang berbeda dengan yang lain yang diterbitkan pada saat itu, dengan Kenshin menjadi mantan pembunuh dan ceritanya mengambil nada yang lebih serius saat melanjutkan. Manga ini berkisar seputar tema penebusan, perdamaian, dan asmara. Menceritakan Pada tahun-tahun terakhir era Bakumatsu tinggal seorang pembunuh legendaris yang dikenal sebagai Hitokiri Battousai. dicap sebagai pembunuh tanpa ampun, ia tak tertandingi di seluruh negeri, namun secara misterius menghilang pada puncak Revolusi Jepang. Sudah sepuluh tahun yang damai sejak saat itu, namun penyebutan Battousai masih menyerang teror ke dalam hati para veteran perang. Tanpa sepengetahuan mereka, Battousai telah meninggalkan gaya hidup berlumuran darahnya dalam usaha untuk bertobat atas dosa-dosanya, sekarang tinggal sebagai Kenshin Himura, seorang pendekar yang mengembara dengan sikap ceria dan kemauan yang kuat. Bersumpah untuk tidak membunuh lagi, Kenshin mendedikasikan dirinya untuk melindungi yang lemah. Suatu hari, dia tersandung di Kaoru Kamiya di dojo kendo, yang diancam oleh seorang penipu yang mengaku sebagai Battousai. Setelah menerima bantuan dari Kenshin, Kaoru mengizinkannya tinggal di dojo, sehingga mantan pembunuh tersebut menghentikan perjalanannya. Rurouni Kenshin: Meiji Kenkaku Romantan bercerita tentang Kenshin saat ia berusaha menyelamatkan mereka yang membutuhkan tabungan. Namun, karena musuh dari masa lalu dan sekarang mulai muncul, apakah pembunuh yang direformasi itu dapat menegakkan cita-cita barunya?